Monday 1 June 2009

ADAM SMITH

I. PROFIL ADAM SMITH

Nama : John Adam Smith

Lahir : 5 Juni 1723,Skotlandia

Meninggal : 17 Juli 1790 Edinburgh, Skotlandia


Kehidupan Pribadi :

Tokoh terkemuka di bidang teori pembangunan ekonomi, Adam Smith lahir di kota Kirkcaldy, Skotlandia tahun 1723. Pada tahun 1937 saat usianya menginjak 13 tahun, Smith memasuki Universitas Glasgow, dimana dia belajar filosofi moral dibawah ”si orang yang tidak boleh dilupakan” (sebagaimana Smith memanggilnya) Francis Hutcheson. Di sini, Smith mengembangkan keinginan kuatnya akan kebebasan, akal sehat, dan kebebasan berpendapat. Pada tahun 1740 dia dianugerahi Snell exhibition dan memasuki Balliol college. Kemudian memperoleh beasiswa untuk belajar di Universitas Oxford, dan dia meninggalkan universitas itu tahun 1746.

Tahun 1748 Smith memulai menguliahi umum di Edinburgh dibawah bimbingan Lord Kames. Sebagian dari perkuliahannya menyinggung retorika dan belles-letters, tetapi nantinya dia akan mengambil subyek dari "kemajuan dari kesejahteraan," dan nantinya, di pertengahan atau akhir abad duapuluh, dimana dia pertamakalinya mengemukakan filosofi ekonomi dari "sistem yang jelas dan sederhana dari kebebasan alamiah" dimana dia menyatakan hal tersebut ke khalayak dalam buku karangannya The Wealth of Nations. Pada sekitar tahun 1750 dia bertemu dengan filsuf David Hume, yang merupakan seniornya yang terpaut sepuluh tahun. Hubungan dan kesamaan opini yang dapat ditemukan dalam detail dari tulisan mereka mancakup sejarah, politik, filosofi, ekonomi dan agama menandakan mereka berdua memiliki persekutuan intelektual yang dekat dan ikatan persahabatan dibanding orang lain yang mana akan memerankan peran penting selama Pencerahan di Skotlandia. Smith juga sering menghabiskan waktu senggangnya di banyak klub, seperti Poker Club, Club of Edinburgh, London ”Literati”, dan Jonhson Club.

Tahun 1751 Smith ditunjuk sebagai ketua dewan logika di Universitas Glasgow, dipindahkan tahun 1752 ke Dewan filosofi moral Glasgow. Kuliahnya mencakup etika, retorika, jurispundens, politik ekonomi, dan "polisi dan keuntungan". Tahun 1759 dia menerbitkan buku pertamanya yaitu Theory of Moral Sentiments memasukan sebagian kuliahnya di Glasgow. Karya ini yang mengangkat dirinya ke tengah-tengah masyarakat intelektual dan menjadikan Adam Smith pemikir Skotlandia yang sangat berpengaruh pada masa itu, menjelaskan bagaimana komuikasi manusia bergantung pada simpati antara agen dan penonton (sang individual dan anggota masyarakat yang lain).

Dan dari tahun 1751 sampai 1764 dia menjadi mahaguru di Universitas Glasgow. Selama di situlah dia menerbitkan buku pertamanya yaitu Theory of Moral Sentiments. Pada 1764, Smith mendapatkan tawaran menggiurkan dari Charles TownShend (yang dikenalkan ke Smith oleh David Hume), untuk mengajar anak angkatnya, Henry Scott, Duke of Buccleuch. Mereka kemudian bepergian ke Prancis, dan disana Smith bertemu dengan Voltaire, Turgot, Quesnay, dan pemikir-pemikir besar Prancis lainnya. Dalam perjalanan pulangnya ke Kirkcaldy Smith dipilih menjadi anggota Royal Society dari London dan dia mendedikasikan pada sepuluh tahun berikutnya pada magnum opusnya, The Wealth of Nations, yang terbit tahun 1776. Karya ini langsung menjadi best seller, habis terjual dalam waktu enam bulan. David Hume dan Thomas Jefferson memuji buki ini. Karya ini kemudian mengalami beberapa kali cetak ulang dan diterjemahkan ke bahasa asing pada saat Smith masih hidup.

Tahun 1778 Smith ditunjuk untuk menduduki jabatan sebagai komisioner pabean untuk cukai di Skotlandia dan hidup bersama ibunya di Edinburgh. Tahun 1783 dia menjadi salah satu pendiri Royal Society of Edinburgh dan dari tahun 1787 sampai 1789 dia mendapat posisi kehormatan Lord Rektor Universitas Glasgow. Dia meninggal di Edinburgh pada 17 Juli 1790 karena sakit keras dan dikuburkan di Canogatw Kirkcaldy. Kesaksian kotemporer menjelaskan Smith sebagai seorang eksentrik tetapi intelektual yang dermawan dan ramah, kelinglungan yang komikal, dengan kebiasaan yang berulang tentang pidato dan memberi senyuman yang ”ramah tanpa ekspresi”. Setelah kematiannya ditemukan bahwa sebagian besar pendapatannya disumbangkan secara sembunyi-sembunyi olehnya. Dan perlu diketahui juga bahwa semasa hidupnya Adam Smith tidak pernah menikah walaupun dia memiliki banyak kenalan perempuan.

Eksekutor literature Smith ialah dua orang teman lama dari akademi dunia Skotlandia, fisikawan dan kimiawan Joseph Black, dan geolog pionir James Huton. Smith meninggalkan banyak catatan dan material yang tidak dipublikasikan, tetapi memberi instruksi untuk menghancurkan apapun yang tidak pantas dipublikasikan. Dia menyebut History of Astronomy, muncul pada tahun 1795, bersama material lain sebagai Essay on Philoshopical Objects.

II. KARYA-KARYA ILMIAH ADAM SMITH

Karya-karya besar Adam Smith:

1. The Theory of Moral Sentiments (1759)

Buku ini mencoba menjelaskan bagaimana orang-orang menerima perasaan moral yang membuat mereka mampu membedakan antara yang benar dan yang salah. Jawabannya ditemukan dalam kemampuan seseorang untuk menempatkan diri mereka dalam posisi sebagai pengamat yang tidak berpihak. Hal ini membuat orang menilai tindakan tidak hanya dari sudut pandang kepentingan pribadi mereka sendiri, tetapi juga dari perspektif seorang pengamat yang obyektif. Sebagaimana nurani, kemampuan ini membuat orang bertindak dengan cara yang dapat dibenarkan secara moral.

Dalam bukunya ini Smith meyakinkan pembacanya bahwa setiap manusia sangat menyukai hidup sebagai warga masarakat, dan tidak menyukai hidup yang individualistik dan mementingkan diri sendiri. Adam Smith memiliki pemikiran bahwa setiap orang secara natural akan saling menghargai (rasional) sehingga dia menganggap manusia adalah makhluk bebas yang dengan sendirinya tahu nilai-nilai kemasyarakatan.

Dalam Theory of Moral Sentiments Smith berpendapat kalau kepentingan pribadi dari pelaku manapun termasuk kepentingan dari bagian lain dari masyarakat, karena opini yang diperbagus secara sosial dari tidakan yang pantas dan tidak pantas pentingnya mempengaruhi kepentingan dari individu sebagai anggota dari masyarakat. Konteks ini juga berguna karena Adam Smith melawan ide dari korporasi, atau "perusahaan saham gabungan".

Dalam kasus manapun, Adam Smith sepertinya percaya kalau sentimen moral dan kepentingan pribadi akan menambah pada hal yang sama. Satu garis yang mungkin dari alasan tersebut dia mungkin telah sampai pada tahap kesimpulan seperti: tangan-tangan tak terlihat (invisible hands) tidak bisa beroprasi jika tidak ada masyarakat, untuk mengawali sebuah konstruksi awal pembagian sosial dari buruh, dan efisiensi yang datang dengan manifestasinya. Sekarang untuk masyarakat untuk eksis, keadilan merupakan kondisi yang dibutuhkan (yang mana disebut dalam karya Smith Theory of Moral Sentiments). Untuk keadilan berada didalam latar sosial manapun, individu harus mematri keinginan dari penghargaan dan kemarahan yang dikendalikan oleh rasa menghargai dan tidak menghargai juga nyaris secara eksklusif dihasilkan oleh simpati manusia. Kesimpulannya, tangan-tangan tak terlihat dari pasar adalah, pada tingkat tertentu, diwakilkan atas kemampuan dari manusia untuk bersimpati: kepentingan pribadi dari Smith merupakan harmoni dengan opini dari simpati.

2. An Iquiry Into the Nature and Causes of the Wealth of Nations (1776)

The Wealth of Nations adalah buku pertama yang menggambarkan sejarah perkembangan industri dan perdagangan di Eropa serta dasar-dasar perkembangan perdagangan bebas dan kapitalisme. The Wealth of Nations menjadi berpengaruh karena telah dengan keras membuat bidang ekonomi dan perkembangannya kedalam disiplin yang sistematis dan berdiri sendiri. Dalam dunia barat, masih dibincangkan kalau ini merupakan buku paling berpengaruh dalam subyek tersebut yang pernah diterbitkan. Ketika buku tersebut menjadi manifestasi klasik melawan merkantilisme (teori dimana cadangan besar dari logam mulia merupakan keharusan bagi suksesi ekonomis), muncul di tahun 1776, ada kesadaran kuat untuk perdagangan bebas baik di Inggris maupun Amerika. Perasaan baru ini telah dilahirkan dari kesusahan keadaan ekonomi dan kemiskinan yang diakibatkan oleh Perang kemerdekaan Amerika. Bagaimanapun, pada saat publikasinya, tidak semua orang lantas yakin pada kelebihan perdagangan bebas: publik dan parlemen di Inggris masih memakai sistem merkantilisme untuk beberapa tahun kedepannya.

The Wealth of Nations juga menolak pernyataan Psiokrat dalam pentingnya lahan, malah, Smith percaya bahwa buruh merupakan proritas tinggi, dan pembagian buruh akan berakibat pada kenaikan signifikan pada produksi.

Di dalam bukunya ini, prinsip Laissez faire menjadi dasar dari sistem ajaran dan menjadi pelabuhan bagi filsuf-filsuf luar negeri yang membentuk suatu bagian esensial. Prinsip Laissez faire, persaingan, dan teori nilai pekerja adalah fitur berharga yang diajarkan dari sekolah ekonomi beraliran klasik, yang secara esensial dibangun oleh Smith serta Malthus, Ricardo, dan Mill. Prinsip Laissez faire merupakan pondasi bagi sistem ekonomi klasik.

Ketika Smith membuat pembelaannya untuk natural liberty atau laissez faire, dia telah ketinggalan tradisi filosifi politik Locke. Pemikiran besar bahwa ada pembatasan untuk legitimasi fungsi pemerintah dia dapat menemukan pada Locke. Prinsip pembatasan Locke akan membatasi legislasi untuk yang dibuat untuk barang public. Bagi Smith, barang public membutuhkan laissez faire karena pencarian self-interest, dipandu oleh invisible hand dari persaingan, yang menghasilkannya, sedangkan intervensi pemerintah dalam lingkungan perekonomian akan lebih sering mengganggu daripada menolong.

Inti pokok-pokok pikiran yang telah dikemukakan oleh Adam Smith dalam The Wealth of Nations adalah dasar falsafah tata susunan masyarakat agar didasarkan atas hukum alam yang secara wajar berlaku dalam dunia nyata (the order of things according to natural law). Pembagian kegiatan dan spesialisasi, teori tentang nilai dan harga barang, pembagian hasil produksi di antara faktor produksi, tenaga kerja (upah), tanah (sewa tanah), modal (bunga), pengelolaan usaha (laba). Kebebasan individu dan kemandiriannya akan membawa keserasian ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat Laissez faire, laissez fasser.

3. Lectures on Jurisprudence (diterbitkan setelah 1976)

4. Essays on Philosophical Subjects (diterbitkan setelah 1795)

III. POKOK-POKOK PIKIRAN/TEORI-TEORI ADAM SMITH

The Wealth Of Nations merupakan karya besar Adam Smith yang dianggap sebagai buku standar yang pertama di bidang pemikiran ekonomi. Disini kami akan membatasi pada tiga kelompok pemikiran yang terdapat dalam The Wealth Of Nations

  1. Haluan pandangan dan pola pendekatan terhadap masalah-masalah ekonomi yang tidak terlepas dari falsafah yang dianut oleh Adam Smith.

Haluan pandangan yang mendasari pemikiran mazhab Klasik mengenai masalah-masalah ekonomi dan politik bersumber pada falsafah tentang tata susunan masyarakat yang sebaiknya dan seyogyanya didasakan atas hukum alam yang secara wajar berlaku dalam kehidupan masyarakat (the natural order of things according to natural law). Dalam pandangan Adam Smith perilaku manusia secara alamiah didorong oleh enam pertimbangan motivasi: kepentingan diri sendirinya; pada dasarnya ada unsur simpati dalam hubungan antara sesama manusia; hasrat untuk berkelakuan secara bebas; kecenderungan dalam perilaku manusia untuk menjaga sikap sopan santun; kebiasaan untuk bekerja; kecenderungan dalam dunia modern untuk mengangkut barang dan menukarnya dengan barang-barang lain melalui transaksi jual beli.

Berdasarkan serangkaian pertimbangan diatas, Adam Smith berpendapat bahwa masing-masing individu itu paling tepat mengetahui tentang apa saja yang menjadi kepentingan dirinya. Kepadanya harus diberi peluang dan kebebasan untuk memelihara kepentingannya dengan caranya sendiri. Namun disini akan dipengaruhi oleh ”tangan pengendali yang tidak kentara” invisible hand yang membawa hasil yang optimal bagi masyarakat dalam keseluruhannya.

Produktivitas tenaga kerja dapat ditingkatkan dengan adanya pembagian kerja dan spesialisasi. Sementara itu, tipa tenaga kerja juga tergantung dari pekerjaan tenaga manusia yang lain. Ada suatu interdepedensi diantara para individu dalam pergaulan hidup. Dalam hubungan ini pleh pemerintah harus dihentikan tiap keistimewaan dalam kedudukan individu atau golongan yang berperan dalam ekonomi masyarakat. Bahkan pemerintah harus mengambil langkah-langkah tindakan seperlunyan untuk meniadakan kedudukan monopoli, baik monopoli modal maupun monopoli golongan tenaga kerja.

  1. Pokok pemikiran tentang nilai dan harga barang serta pembagian hasil produksinya (distribusi pendapatan)

Menurut Adam Smith banyak barang yang sebetulnya sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari tetapi sebaliknya barang-barang tersebut tidak bernilai dalam penukaran. Keadaan demikian menyangkut barang-barang yang dianggap bebas karena pasok dan persediaannya berlimpah dan dapat dinikmati hampir tanpa batas oleh khalayak ramai. Di lain pihak, ada barang-barang yang faedahnya amat kecil dalam kehidupan sehari-hari, tetapi mengandung nilai tinggi dalam penukaran. Hal tersebut dinamakan dengan paradoks nilai, yaitu suatu barang yang nilai tukarnya tinggi tetapi daya gunanya rendah atau sebaliknya. Nilai pakai adalah kemampuan suatu barang dan jasa untuk digunakan oleh konsumen. Nilai pakai terbagi atas nilai pakai subjektif, yaitu nilai barang atau jasa yang ditinjau dari penggunaan barang atau jasa. Nilai pakai objektif adalah nilai barang atau jasa yang ditinjau dari barang atau jasa tersebut. Nilai tukar adalah kemampuan suatu barang untuk ditukar dengan barang lain. Nilai tukar terbagi atas nilai tukar objektif, artinya nilai tukar barang berdasarkan barangnya. Nilai tukar subjektif, artinya nilai tukar barang berdasarkan orang yang menukarkannya. Menurut Smith, yang menentukan tinggi rendahnya nilai suatu barang adalah kelangkaan dan pengorbanan untuk memperolehnya atau nilainya dalam pertukaran. Sumbernya adalah dari komponen tenaga kerja dan imbalan jasa dari tenaga yang dikorbankan. Contoh dari paradoks nilai yaitu air dan intan. Menurut Smith, tidak ada jenis barang yang lebih berguna dari air. Akan tetapi, dalam kenyataan sehari-hari air sangat berguna tapi tidak bisa ditukarkan dengan barang-barang lain. Intan, di pihak lain, tidak begitu berguna bagi kehidupan. Namun, dari sedikit intan bisa ditukarkan dengan sejumlah barang lain yang jauh lebih besar utility/kegunannya.

Smith juga mengemukakan Teori Nilai Biaya yang menekankan besarnya nilai suatu benda ditentukan oleh jumlah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi barang/jasa tersebut.

Perihal masalah pembagian pendapatan (sebagai hasi penjualan produk) disebutkan faktor-faktor yang menentukannya. Upah dianggap sebagai biaya dalam proses produksi. Biaya itu diukur dengan harga untuk menggunakan sejumlah tenaga kerja yang harus mencakup biaya untuk mempertahankan kehidupan tenaga kerja yang bersangkutan.

Perihal imbalan jasa bagi peranan modal dan peranan majikan/kapitalis, dalam kerangka analisis Adam Smith nempaknya belum ada pembedaan yang jelas antara bunga dan laba. Imbalan jasa bagi modal didasarkan atas teori nilai dan harga barang yang bersumber pada biaya tenaga kerja. Harga ditentukan oleh sejumlah pekerjaan dan biayanya untuk mempertahankan kehidupan para tenaga kerja. Dengan begitu bagian berupa bunga (dan laba) sebenarnya adalah bagian untuk tenaga kerja, tetapi kini ”diambil” sebagai manfaat bagi pemilik modal/majikan. Sebagai konsekuensi garis pemikiran ini maka bagian pendapatan yang diterima oleh pemilik modal/majikan kapitalis itu merupakan nilai surplus yang diciptakan oleh tenaga kerja.

Perihal sewa tanah (land rent), Adam Smith menyatakan bahwa imbalan jasa untuk penggunaan tanah tidak dianggap sebagai faktor yang menentukan harga, melainkan land rent merupakan residu, suatu unsur residual (sisa hasil) dari harga barang. Sewa tanah merupakan komponen dalam biaya produksi yang menentukan harga barang, melainkan tinggi rendahnya upah (beserta bunga dan laba) yang menjadi faktor penentu tinggi rendahnya harga barang. Sebaliknya tinggi rendahnya sewa tanah adalah sisa hasil dari harga barang itu (setelah dikurangi biaya produksi).

  1. Pokok pikiran tentang pola, sifat dan arah kebijaksanaan negara yang mendukung kegiatan ekonomi

Segi kebijaksanaan yang sangat ditekankan Smith adalah kebebasan yang diperlukan dalam produksi dan perdagangan dalam negeri maupun di bidang internasional. Salah satu ciri pokok pemikiran Smith adalah pembagian kerja dan spesialisasi yang dapat membawa efisiensi kerja dan hasil optimal bagi masyarakat secara menyeluruh.

Semakin luas pasarannya, semakin banyak terbuka kesempatan untuk spesialisasi yang pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Sebaliknya, pasar yang terbatas menjadi kendala terhadap pelaksaan pembagian kerja dan spesialisai. Oleh sebab itu, dianjurkan suatu pola kebijaksanaan yang mengarah pada perluasan pasar dan perluasan perdagangan secara bebas. Hal itu satu sama lain akan membawa efisiensi dalam produksi berdasarkan produktivitas optimal bagi tenaga kerja.

Juga mengenai perekonomian dalam negeri, dalam pendangan mazhab Klasik asas persaingan secara bebas merupakan pedoman kebijaksanaan untuk mencapai hasil optimal dalm dunia industri. Sehubungan dengan itu di kala ada kombinasi-kombinasi swasta di antara para produsen ataupun para tenaga kerja jelaslah bahwa hal itu ditentang. Kombinasi-kombinasi serupa itu oleh Smith dianggap sebagi suatu konspirasi terhadap kepentingan umum karena selalu cenderung untuk membatasi produksi dan meningkatkan harga.

Adam Smith juga menolak pandangan merkantilisme perihal arti dan peranan uang logam (emas dan perak). Menurut pandangan merkantilisme, akumulasi logam mulia merupakan sumber utama bagi kekayaan nasional dan harus ada pembatasan atas ekspor logam mulia disertai peraturan perdagangan lainnya guna mendorong akumulasi logam mulia itu. Sebaliknya oleh Adam Smith ditandaskan bahwa penguasaan atas emas dan perak bukan merupakan tolok ukur untuk menilai kekayaan nasional.

Kekayaan nasional bersumber pada pekerjaan suatu bangsa yang dilakukan tahun demi tahun dan yang dapat menyediakan segala kebutuhan dan kemudahan dalam kehidupan manusia. Kekayaan tersebut dapat dibina berdasarkan: keterampilan tenaga kerja dan penggunaan tenaga kerja secara efisien, perimbangan yang tepat dalam proses produksi antara jumlah tenag kerja yang menghasilkan di satu pihak dan di pihak lain jumlah pekerja yang sebenarnya tidak menghasilkan pekerjaan yang mengandung faedah.

Di bidang keuangan negara, khususnya mengenai sistem perpajakan, Smith membedakan empat pedoman dasar, yaitu: kepastian, kemudahan, kelancaran, biaya tidak terlalu mahal dalam hal penilaian pajak dan pengimpulan pajak. Adam Smith menganjurkan diadakannya pajak pendapatan secara proporsional: yang lebih kaya harus membayar secara nisbi lebih banyak disbanding dengan mereka yang menerima pendapatan yang lebih rendah.

Berdasarkan pokok-pokok pemikiran Adam Smith diatas, kita dapat mengetahui teori-teori apa saja yang telah dicetuskan oleh Smith.

  1. Teori Nilai Barang

Dalam menentukan nilai barang Smith mengatakan adanya antimony nilai/paradox nilai, yaitu suatu barang yang nilai tukarnya tinggi tetapi daya gunanya rendah atau sebaliknya. Dan yang menentukan tinggi rendahnya nilai suatu barang adalah kelangkaan dan pengorbanan untuk memperolehnya atau nilainya dalam pertukaran. Sumbernya adalah dari komponen tenaga kerja dan imbalan jasa dari tenaga yang dikorbankan.

2. Teori Distribusi Pendapatan dan Alokasi Sumber Daya Ekonomi dalam Mayarakat

Pandangan ini bermula tentang adanya hubungan penting dalam inti kehidupan ekonomi, misalnya prinsip kemanfaatan bersama (principle of aqual advantage) dan gagasan tentang adanya gerakan-gerakan sumber daya ekonomi dari suatu sektor ada sektor yang lain dan dari satu lapangan kerja pada lapangan kerja yang lain. Menurutnya pembayaran uang yang terbesar untuk membiayai produksi dan distribusi adalah upanh, sewa dan laba.

  1. Teori Upah

Upah dianggap biaya dalam proses produksi. Biaya upah tersebut dinilai dengan harga untuk menggunakan sejumlah tenaga kerja yang mencakup biaya mempertahankan kehidupan tenaga kerja yang bersangkutan yang dikenal dengan teori upah subsistensi atau teori upah alami. Jika upah jatuh dibawah tingkat subsistensi (tingkat minimum untuk bertahan hidup) maka pekerja akan mati; dan apabila semakin sedikit pekerja yang menawarkan jasa mereka maka upah akan naik. Di pihak lain jika upah berada diatas tingkat subsistensi, dan menghasilkan standar hidup yang tinggi, dan ini berarti hanya sedikit pekerja yang mati dan lebih banyak anak-anak mereka yang bertahan hidup. Disini, dengan meningkatnya jumlah pekerja pada akhirnya akan menurunkan upah ke tingkat subsistensi. Jadi, jika upah jatuh di bawah subsistensi maka pekerja langka dan upah akan naik, begitupun sebaliknya.

Pemikiran Adam Smith tentang keseimbangan upah dalam jangka panjang dapat digunakan intuk menjelaskan mengapa tingkat upah di sector informal cenderung bergerak pada tingkat subsisten. Adam Smith menyatakan bahwa dalam jangka panjang keseimbangan upah di pasar tenaga kerja akan berada pada tingkat yang subsisten. Kondisi ini dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar keseimbangan Jangka panjang di upah subsisten

S1

S2

W2 E1

W1 E0 E2

D2

D1

N1 N2

Keseimbangan pasar terjadi pada saat D1 memotong S1 di titik E0. Apabila terjadi kenaikan permintaan di pasar tenaga dari D1 ke D2, maka upah juga akan meningkat menjadi W2. Naiknya upah ini di satu sisi akan mendorong keinginan tenaga kerja masuk pasar. Akibatnya penawaranpun ikut meningkat dari S1 ke S2. Akibatnya, penambahan penawaran ini akn menyebabkan upah akan terdorong kembali ke W1. Tingkat upah W1 inilah yang disebut upah subsisten.

  1. Teori Sewa

Pada suatu kesempatan Smith menganggap bahwa sewa itu merupakan harga monopoli yang dihasilkan dari tanah sebagai sumber daya yang langka. Lalu pada kesempatan lain Smith juga mengatakan bahwa sewa itu merupakan imbalan jasa untuk penggunaan tanah yang tidak dianggap sebagai faktor pembentukan harga atau biaya dalam proses produksi tapi merupakan residu, suatu unsur residual (sisa hasil) dari harga barang dan bagian residu itu jatuh pada pemilik dan penguasa tanah. Sedang pembayaran untuk pemilik tanah yang lebih produktif atau dikenal dengan teori sewa diferensial.

  1. Teori Laba

Laba sebagai jasa dari modal yang didasarkan atas teori nilai dan harga barang yang bersumber pada biaya tenaga kerja untuk mempertahankan bagian berupa bunga (laba) adalah bagian untuk tenaga kerja tapi diambil oleh majikan/pemilik modal, inilah yang kemudian disebut nilai surplus yang diciptakan oleh tenaga kerja.

  1. Teori Mekanisme dan Pembagian Tenaga Kerja

Teori ini menyatakan bahwa produktivitas tenaga kerja dapat ditingkatkan jika dilakukan suatu pembagian kerja. Dengan dilakukannya pembagian kerja, setiap tenaga kerja akan memiliki spesialisasi kerja sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing. Peningkatan produktivitas pekerja akibat spesialisasi ini pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas perusahaan tempat mereka bekerja. Jadi, menurut Smith pembagian kerja dan spesialisasi dapat membawa efisiensi kerja dan hasil optimal bagi masyarakat secara menyeluruh. Semakin luas pasarannya, semakin banyak terbuka kesempatan untuk spesialisasi yang pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Sebaliknya, pasar yang terbatas menjadi kendala terhadap pelaksaan pembagian kerja dan spesialisai.

  1. Teori Keuntungan Mutlak

Menurut Adam Smith kedua negara akan melakukan perdagangan atau pertukaran apabila masing-masing negara memperoleh keuntungan mutlak dari perdagangan itu, artinya suatu negara dikatakan mempunyai keuntungan mutlak dalam memproduksi suatu jenis barang bila negara tersebut dapat memproduksi barang itu dengan jam/hari yang lebih sedikit dibandingkan jika barang tersebut diproduksi negara lain.

“Setiap negara akan memperoleh manfaat perdagangan internasional (gain from trade) karena melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang jika negara tersebut memiliki keunggulan mutlak (absolute advantage), serta mengimpor barang jika negara tersebut memiliki ketidakunggulan mutlak (absolute disadvantage). Secara matematis teori absolute advantage dari Adam Smith dapat diilustrasikan dengan data hipotesis sebagai beikut:

Tabel

Data hipotesis Teori absolute advantage Adam Smith

Produk per satuan tenaga kerja

Teh

Sutra

Dasar Tukar Dalam Negeri

Indonesia

12 kg

3m

4 kg = 1 m

1 kg = m

Cina

4 kg

8 m

kg = 1 m

1 kg = 2 m

Teori absolute advantage ini didasarkan kepada beberapa asumsi pokok antara lain sebagai berikut:

1. Faktor produksi yang digunakan hanya tenaga kerja

2. Kualitas barang yang diproduksi kedua negara sama

3. Pertukaran dilakukan secara barter atau tanpa uang

4. Biaya transport diabaikan

Berdasarkan ilustrasi diatas dapat diketahui bahwa tenaga kerja Indonesia memiliki keunggulan absolute dalam produksi teh (12 kg), sedangkan Cina memiliki keunggulan absolute dalam produksi sutra (8 m).

Berdasarkan Dasar Tukar Dalam Negeri (DTDN) pada kedua negara di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Indonesia memiliki keunggulan absolute dalam produksi teh sehingga akan melakukan spesialisasi produksi dan ekspor teh ke Cina. Sebaliknya, Indonesia akan mengimpor sutra dari Cina.

2. Cina memiliki keunggulan absolute dalam produksi sutra sehingga akan melakukan spesialisasi produksi dan ekspor sutra ke Indonesia. Sebaliknya, Cina akan mengimpor teh dari Indonesia.

v Manfaat dari spesialisasi produksi (gain from trade)

1. Dengan spesialisasi dan mengekspor 1 kg teh ke Cina, Indonesia akan mendapat 2 m sutra , sedangkan di dalam negeri hanya dinilai atau dapat ditukar dengan m sutra. Dengan demikian melalui spesialisasi produksi dan perdagangan internasional Indonesia akan mendapat keuntungan sebesar 2 m - m = 1 m sutra.

2. Sebaliknya dengan spesialisasi dan mengekspor 1 m sutra ke Indonesia, Cina akan mendapat 4 kg teh, sedangkan di dalam negeri hanya dinilai atau dapat ditukar dengan kg teh. Dengan demikian melalui spesialisasi produksi dan perdagangan internasional Indonesia akan mendapat keuntungan sebesar 4 kg - kg=3 kg teh.

Analisis manfaat perdagangan internasional ini juga dapat dilihat dari terjadinya peningkatan produksi dunia untuk teh dan sutra setelah kedua negara melakukan spesialisasi (24 kg teh dan 16 m sutra) dibandingkan dengan sebelum melakukan spesialisasi (16 kg teh dan 11 m sutra).

Berdasarkan data hipotesis tersebut, maka peningkatan yang terjadi tersebut dapat diketahui pada matriks berikut:

Tabel

Data hipotesis untuk Gain From Trade Teori Absolute Advantage

Produk per satuan tenaga kerja

Teh

Sutra

Tanpa Spesialisasi

Dengan Spesialisasi

Tanpa Spesialisasi

Dengan Spesialisasi

Indonesia

12 kg

24 kg

3 m

0 m

Cina

4 kg

0 kg

8 m

16 m

Produk dua negara

16 kg

24 kg

11 m

16 m

Analisis grafik

Melalui grafik, teori Absolute Advantage Adam Smith dapat di analisis dengan menggunakan kurva PPC (Production Possibility Curve) sebagai berikut:

Teh

5 kg

4 kg Loses Indonesia

3 kg PPC-Indonesia

2 kg Gain from Trade area

1 kg PPC-Cina

0,5 kg

0 kg 1 M Sutra

Loses Cina

Berdasarkan analisis matematika dan grafik di atas dapat diketahui bahwa dasar tukar internasional (DTI) akan memberikan manfaat perdagangan internasional atau gain from trade bagi kedua negara. Dengan kata lain, akan menguntungkan satu negara tanpa merugikan Negara lain dengan perhitungan sebagai berikut:

· Untuk teh: m <>

· Untuk sutra: kg <>

  1. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Adam Smith ada dua aspek utama dari pertumbuhan ekonomi yaitu pertumbuhan output (GDP) total dan pertumbuhan penduduk. Smith melihat system produksi suatu negara terdiri dari tiga unsure pokok, yaitu:

a. Sumber-sumber alam yang tersedia (atau faktor produksi “tanah”)

b. Sumber-sumber manusiawi

c. Stok barang capital yang ada

Menurutnya, sumber-sumber alam yang tersedia merupakan wadah yang paling mendasar dari kegiatan produksi suatu masyarakat. Jumlah sumber-sumber alam yang tersedia merupakan batas maksimum bagi pertumbuhan perekonomian tersebut. Artinya, selama sumber-sumber ini belum sepenuhnya dimanfaatkan, yang memegang peranan dalam proses produksi adalah dua unsur produksi yang lain, yaitu jumlah penduduk dan stok capital yang ada. Dua unsur lain inilah yang menentukan besarnya output masyarakat dari tahun ke tahun. Tetapi apabila output terus meningkat, sumber-sumber alam akhirnya akan sepenuhnya dimanfaatkan, dan pada tahap ini sumber-sumber alam akan membatasi output. Unsur sumber alam ini akan menjadi “batas atas” dari pertumbuhan suatu perekonomian. Pertumbuhan ekonomi akan berhenti apabila “batas atas” ini dicapai.

Unsur yang kedua adalah sumber-sumber manusiawi atau jumlah penduduk. Dalam proses pertumbuhan output unsur ini dianggap mempunyai peranan pasif, dalam arti bahwa jumlah penduduk akan menyesuaikan diri dengan kebutuhan akan tenaga kerja dari masyarakat tersebut. Apabila stok capital yang tersedia membutuhkan misalnya, 1 juta orang untuk menggunakannya, dan apabila jumlah tenaga kerja yang tersedia adalah 900 ribu orang, maka jumlah penduduk akan cenderung meningklat sehingga tenaga kerja yang tersedia akhirnya menjadi 1 juta orang. Pada tahap ini kita bisa menganggap bahwa berapapun jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam proses produksi akan tersedia lewat proses pertumbuhan penduduk.

Unsur produksi yang ketiga yaitu stok kapital yang secara aktif menentukan tingkat output. Smith memang memberikan peranan sentral kepada pertumbuhan stok kapital atau akumulasi modal dalam proses pertumbuhan output.. apa yang terjadi dengan tingkat output tergantung pada apa yang terjadi pada stok capital, dan laju pertumbuhan output tergantung pada laju pertumbuhan stok kapital (tentu saja sampai tahap pertumbuhan dimana sumber-sumber alam mulai membatasi).

Bagaimana peran akumulasai modal dalam proses pertumbuhan? Smith mengajukan teori mengenai spesialisasi dan pembagian kerja.

Gambar 1.8 berikut menunjukkan hubungan antara akumulasi kapital, spesiasialisasi/pembagian kerja dan pertumbuhan output.


Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2

Keterangan:

K : stok capital

K : penambahan stok capital (investasi)

Q : output

D : tingkat “spesialisasi dan pembagian kerja”

P : tingkat produktivitas per pekerja

M : luas pasar bagi output

Menurut Smith, stok kapital (K) mempunyai dua pengaruh terhadap tingkat output(Q): yang satu adalah pengaruh langsung dan yang lain adalah pengaruh tidak langsung. K mempengaruhi Q secara langsung karena pertambahan K (yang diikuti oleh pertambahan tenaga kerja) akan meningkatkan Q. Makin banyak input, makin banyak output. Pengaruh tidak langsung dari K terhadap Q adalah berupa peningkatan produktivitas per pekerja lewat dimungkinkannya tingkat spesialisasi dan pembagian kerja yang lebih tinggi. Makin besarnya stok capital, menurut Smith makin besar kemungkinan dilakukannya spesialisasi dan pembagian kerja, dan selanjutnya semakin tinggi produktivitas per pekerja. Smith memberikan penekanan yang istimewa pada kemungkinan peningkatan produktivitas lewat spesialisasi dan pembagian kerja ini sebagai sumber pertumbuhan output. Mengenai sumber pertumbuhan ini ia mengatakan: “peningkatan output yang bisa dihasilkan oleh sejumlah orang yang sama melalui system pembagian kerja, bersumber dari tiga hal; pertama karena spesialisasi meningkatkan keterampilan setiap pekerja dalam bidang (spesialisasi) pekerjaannya; kedua karena system pembagian kerja mengurangi waktu yang hilang sewaktu pekerja beralih dari macam pekerjaan yang satu ke yang lain; dan akhirnya karena ditemukannya mesin-mesin yang mempermudah dan mempercepat pekerjaan dan memungkinkan peningkatan produktivitas pekerja.

Jadi, stok capital yang lebih besar memungkinkan tingkat spesialisasi dan pembagian kerja yang lebih tinggi. Tetapi ini barulah “kemungkinan”, dan menurut smith akan terwujud secara nyata hanya apabila satu syarat lagi dipenuhi, yaitu makin meluasnya pasar bagi output (M). tanpa ada perluasan pasar bagi barangnya, tidak aka nada gairah bagi produsen untuk meningkatkan produksi dan produktivitasnya.

Berdasarka gambar 1.8 maka proses pertumbuhan output mempunyai urutan sebagai berikut:

Dalam tahun 0, stok capital awal, , menentukan berapa besar output yang bisa dihasilkan tahun itu (). Ini adalah pengaruh langsung K terhadap Q. Tetapi bersama-sama dengan luas pasar juga menentukan tingkat produktivitas (per pekerja) , dan seterusnya menentukan tingkat output . Ini adalah pengaruh tidak langsung K terhadap Q.

Selanjutnya, apabila tingkat keuntungan dalam tahun iru masih cukup tinggi, yaitu apabila masih diatas tingkat keuntungan minimal yang diperlukan agar para pemilik capital yang ada tetap bersedia mempertahankan kapitalnya dalam usaha, maka para pemilik capital akan terdorong untuk berinvestasi (menambah stok capital yang ada). Ini berarti bahwa dalam tahun itu, sebagian dari akan disisihkan untuk diinvestasikan ()

Dalam tahun 1, stok capital meningkat menjadi (=+ ). Ini memungkinkan output meningkat (). Di lain pihak bertambahnya stok capital bersama-sama dengan makin luasnya pasar () mendorong tingkat spesialisasi dan pembagian kerja yang lebih tinggi, dan meningkatkan produktivitas . Ini juga akan meningkatkan outout .

Apabila tingkat keuntungan masi cukup tinggi, maka sebagian dari akn diinvestasikan. Ini akan meningkatkan stok capital untuk periode 2, menjadi (+ ).

Proses pertumbuhan output tersebut akan terus berulang pada tahun-tahun selanjutnya sampai “batas atas” yang dimungkinkan oleh sumber-sumber alam yang tersedia dicapai. Pada tahap ini proses pertumbuhan berhenti, dan perekonomian telah mencapai posisi yang disebut posisi stasioner (stationary state). Pada posisi ini semua proses pertumbuhan berhenti: capital berhenti tumbuh, penduduk berhenti tumbuh, dan output berhenti tumbuh.

Gambaran diatas menunjukkan betapa sentralnya peranan akumulasi capital dalam proses pertumbuhan output. Tetapi sebenarnya ada dua factor penunjang dibalik proses akumulasi capital tersebut, yaitu:

· Makin meluasnya pasar (M)

· Adanya tungkat keuntungan diatas tingkat keuntungan minimal.

Keduanya, tentu saja saling berhubungan. Meluasnya pasar berarti bisa dipertahankannya tingkat keuntungan pada tingkatyang tinggi.

Smith menggarisbawahi pentingnya perluasan pasar tersebut sebagai syarat bagi kelangsungan proses akumulasi capital. Menurut Smith potensi pasar akan bisa dicapai secara maksimal apabila dan hanya apabila setiap warga masyarakat diberi kebebasan seluas-luasnya untuk melakuakn poertukaran dan kegiatan ekonominya. Setiap pengaturan dari penguasa justru akan menghambat pertukaran dan kegiatan ekonomi pada umumnya, sehingga kan selalu cenderung menciutkan atau menghambat pertumbuhan pasar (menghambat akumulasi modal yang pada akhirnya menghambat pertumbuhan ekonomi). Obat yang paling mujarab untuk mendorong pertumbuhan ekonomi menurut Smith adalah membenahi dan menghilangkan peraturan-peraturan, undang-undang yang menjadi penghambat terhadap kebebasan berusaha dan kegiatan ekonomi, baik antara warga masyarakat di suatu Negara, maupun antara warga masyarakat di negara satu dengan rekannya di Negara lain. (laissez faire dan free trade)

Mengenai factor penunjang yang kedua, yaitu tingkat keuntungan yang memadai, tidak banyak yang bisa kita ungkapkan dari Smith. Jelas tingkat keuntungan erat hubungannya dengan luas pasar. Apabila pasar tidak tumbuh secepat pertumbuhan capital, maka tingkat keuntungan akan segera merosot; dan akhirnya akan mengurangi kegairahan para pemilik capital untuk melakukan akumulasi capital. Ramalan smith tentang perkembangan tingkat keuntungan dalam jangka panjang adalah bahwa ia akan menurun sampai akhirnya mencapai tingkat keuntungan minimal pada posisi stasioner perekonomian tersebut.

  • Pertumbuhan penduduk

Aspek kedua dari pertumbuhan ekonomi adalah pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk bersifat pasif dalam proses pertumbuhan output, dalam arti bahwa dalam jangka panjang, berapapun jumlahnya tenaga kerja yang dibutuhkan oleh proses produksi akan tersedia melalui pertumbuhan penduduk.

Menurut smith, penduduk meningkat apabila tingkat upah yang berlaku lebih tinggi daripada tingkat upah subsistensi, yaitu tingkat upah yang pas-pasan-orang untuk seseorang agar bisa mempertahankan hidupnya. Apabila tingkat upah berada diatas tingkat subsistensi, maka orang akan menikah pada usia muda, kematian anak-anak berkurang dan jumlah kelahiran bertambah. Sebaliknya jumlah penduduk akan berkurang apabila tingkat upah yang berlaku jatuh dibawah tingkat upah subsistensi. Dalam keadaan ini kematian anak-anak meningkat dan banyak perkawinan yang ditunda.

Terlihat jelas disini peranan sentral dari tingkat upah sebagai pengatur pertumbuhan penduduk. Menurut smith, seperti halnya dengan harga barang-barang lain, maka harga tenaga manusia ditentukan oleh tarik-menarik antara kekuatan permintaan dan penawarannya. Ia mengatakan bahwa tingkat upah tinggi (dan meningkat) apabila permintaan akan tenaga kerja tumbuh lebih cepat daripada penawaran akan tenaga kerja (atau pertumbuhan penduduk). Kuncinya disini adalah pertumbuhan permintaan akan tenaga kerja, sebab penduduk akan menyesuaikan diri dengan permintaan akan tenaga kerja. Reaksi pertumbuhan penduduk karena peningkatan permintaan tenaga kerja memerlukan waktu, sehingga apabila permintaan tumbuh dengan cepat maka tingkat upah akan bertahan pada tingkat yang tinggi atau untuk beberapa waktu justru meningkat. Sebaliknya, apabila permintaan tumbuh lebih lambat daripada pertumbuhan penduduk, maka tingkat upah merosot. Dan apabila tingkat upah terus merosot dan jatuh dibawah tingkat upah subsistensi, maka laju pertumbuhan penduduk itu sendiri berubah menjadi negative.

“pada tingkat upah subsistensi, jumlah penduduk konstan”

Menurut smith permintaan tenaga kerja ditentuka oleh stok capital yang tersedia K dan oleh tingkat output masyarakat Q, sebab tenaga kerja diminta karena dibutuhkan dalam proses produksi. Oleh sebab itu, laju pertumbuhan permuintaan akan tenaga ditentukan oleh laju pertumbuhan stok capital dan laju pertumbuhan output.

  • Posisi stasioner

Proses pertumbuhan ekonomi tidaklah berlangsung tanpa batas. Akhirnya setiap perekonomian akan sampai pada posisi stasionernya. Pada posisi ini capital dan output tidak lagi tumbuh, dengan permintaan akn tenaga kerja tidak lagi tumbuh, dan tingkat upah akan tertekan turun sampai pada tingkat upah subsistensinya. Pada posisi inipun penduduk berhenti tumbuh.

Posisi stasioner nampaknya memang bukan suatu keadaan yang menarik bagi kita hidup didalamnya. Segalanya serba mandeg: jumlah penduduk yang mati sama dengan jumlah yang lahir, tingkat upah ada pada tingkat subsistensi dan tidak bisa diharapkan untuk membaik, investasi hanya dilakukan untuk mengganti capital yang rusak. Ini semua terjadi karena perekonomian sudah mencapai perkembangan yang maksimal bisa didukung oleh sumber-sumber alam yang ada.

  1. Teori Uang danBunga

Pada intinya pendapat Smith ini sama dengan para tokoh yang lain yaitu bahwa tambahan jumlah uang yang beredar akan menaikkan tingkat harga keseluruhan. Ia memandang bahwa uang berguna sebagai alat tukar menukar tetap ia sama sekali tidak keberatan terhadap bunga atas pinjaman uang karena bunga akan rendah bila tabungan melimpah dan bunga akan tinggi bila permintaan akan uang melebihi tabungan.

  1. Teori akumulasi Kapital

Disini smith mencoba menyesuaikan bagaimana kesejahteraan masyarakat dapat dicapai dengan melakukan investasi dalam peralatan dan mesin. Teorinya dimulai dengan pemikiran bahwa setiap orang berkeinginan untuk meningkatkan kesejahteraanya. Kesejahteraan tersebut dapat dicapai dengan cara meningkatkan laba melalui investasi dalam mesin dan peralatan. Dengan mesin dan peralatan yang baik, tenaga kerja yang sudah terspesialisasi akan semakin produktif, sehingga produksi perusahaan secara keseluruhan juga akan meningkat.

IV. KELEMAHAN/KRITIKAN TERHADAP TEORI ADAM SMITH

Kelemahan /kritikan terhadap teori adam smith:

· Asumsi Adam Smith mengenai pasar bebas tidak realisitis. Konsep ini mengabaikan trade off dalam kehidupan ekonomi. Jarang ada kebijakan yang bisa meningkatkan satu pihak tanpa mengorbankan pihak lain. Perdagangan terbuka, penghilangan subsidi, dan deregulasi industri bisa membantu beberapa kelompok namun juga dapat merugikan kelompok lain. (Pareto)

· Perdagangan internasional akan terjadi dan menguntungkan kedua negara bila masing-masing negara memiliki keunggulan absolute yang berbeda. Dengan demikian, bila hanya satu negara yang memiliki keunggulan absolute untuk kedua jenis produk (teh dan sutra), maka tidak akan terjadi perdagangan internasional yang menguntungkan. Hal ini merupakan kelemahan dari teori Absolute Advantage Adam Smith.

· John Stuart Mill: dia keberatan dengan kapitalisme dan merasa bahwa property pribadi tidak selalu diperoleh secara adil dan layak.

· Henry George: menunjukkan satu kekurangan dalam system kapitalis yaitu monopoli atas tanah. Tuan tanah adalah sumber dari segala kejahatan. Mengutip dari bagian terkenal dalam progress and poverty: “kita telah meneliti kesenjangan distribusi pendapatan merupakan kesalahan dan ancaman dalam peradaban modern jika tanah masih menjadi institusi yang dimiliki secara pribadi. Kita telah melihat selama institusi ini eksis, tidak ada peningkatan kekuatan dalam kekuatan produksi yang dapat secara permanen bermanfaat bagi masyarakat luas, sebaliknya, ini tetap akan cenderung melemahkan kondisi masyarakat.

· Usulan smith mengenai kebebasan akan memberikan pembenaran untuk keserakahan dan kecurangan. Bahkan memicu “pergolakan social, perusakan lingkungan dan penyalahgunaan kekuasaan.

· Pandangan smith tentang kekayaan universall dikritik oleh Malthus yang mengatakan bahwa sumber daya bumi tidak bisa mengimbangi kebutuhan populasi yang terus bertambah. Kritikan lainnya yang dilontarkan Malthus bersama David Ricardo adalah tekanan terhadap sumber daya yang terbatas akan selalu membuat manusia mendekati garis kemiskinan.

· Laissez Faire itu mengandung cacat dan tidak dapat menjamin kondisi persaingan dalam kapitalisme. Pemerintah harus melakukan intervensi melalui control dan tindakan anti trust untuk menghalangi kecenderungan monopolistic dalam dunia usaha.

· Keynes mengatakan bahwa kapitalisme pada dasarnya tidak stabil dan tidak berkecenderungan kea rah fuul employment. Yang perlu dilakuakn pemerintah adalah mengendalikan kendaraan kapitalis dan mengembalikannya ke jalan menuju kemakmuran. Tapi hal tersebut dilakukan bukan dengan menurunkan harga dan upah yang merupakan pendekatan klasik, tetapi dengan menjalankan kebijakan deficit dan melakukan pengeluaran untuk kerja public yang akan menaikkan permintaan dan memulihkan kepercayaan. Setelah ekonomi kembali ke jalurnya yang benar dan mencapai full employment, pemerintah tak perlu lagi menjalankan deficit dan modeln klasik akan berfungsi kembali dengan benar.

· Keynes mengatakan “tidak benar bahwa individu mempunyai kebebasan alamiah dalam aktivitas ekonominya. Juga tidak benar bahwa kepentingan diri umumnya adalah baik. Pengalaman tidak menunjukkan bahwa individu ketika mereka berada dalam unit social, selalu lebih berpandangan jernih dibandingkan ketika mereka bertindak sendirian”.

· Sigmund Freud: “kapitalisme internasional yang memburuk dan individualistic yang sekarang ada di era pasca perang sekarang ini telah gagal. System ini tidak cerdas, tidak indah, tidak adil, tidak baik, dan tidak memberi manfaat.

· Keynes mengatakan kebijakan ekonomi klasik Adam Smith yang dilandasi prin sif Laissez Faire tidak dapat dipertahankan lagi. Upaya untuk meningkatkan volume kesempatan dan tingkat pendapatan nasional tidak dapat sepenuhnya diserahkan pada the invisible hand, tetapi diperlukan intervensi pemerintah dalam bentuk kebijakan ekonomi makro tertentu, yaitu fiscal maupun moneter.

V. KEABSAHAN TEORI ADAM SMITH

Apakah ide Wealth of Nations yang ditulis Adam Smith masih relevan pada masa kini? Dalam sudut pandang akan ide kemakmuran yang diinginkan Adam Smith tentu selamanya Wealth of Nations relevan. Namun selebihnya adalah sudah tidak relevan lagi karena:

1. Seperti halnya Malthus, Adam Smith tidak memperhitungkan secara cermat laju percepatan teknologi yang mengintervensi keunggulan komparatif tiap-tiap individu secara signifikan. Misalnya spesialisasi yang paling diuntungkan secara komparatif dalam persaingan yaitu ”manajemen”, dimana spesialisasi tersebut secara logika tingkat kesulitan sesungguhnya masih bisa disejajarkan atau bahkan lebih mudah ketimbang keahlian seorang pemahat patung, tukang batik, ahli kimia atau ahli komputer misalnya. Namun secara faktual, tingkat pendapatan serta posisi tersebut mendapatkan keuntungan yang luar biasa akibat perkembangan teknologi, diversifikasi dan penggabungan proses-proses produksi. Sebut saja sebuah perusahaan raksasa hanya perlu di ”manage” oleh sedikit orang dengan bantuan otomatisasi-teknologi-internet-komputer. Disini keunggulan komparatif individu tidak lagi berlaku sama karena pemegang ilmu manajemen tidak bersaing secara langsung dengan individu-individu sesuai keahlian masing-masing melainkan membawahi/membeli individu-individu dengan keahlian komparatif tersebut dalam jumlah yang semakin tidak terhingga (sekedar pembanding dengan kasus tukang peniti)

2. Selaras dengan teknologi, Adam Smith tidak memperhitungkan kekuatan media massa (sebagai bagian pula dalam proses produksi) yang maju pesat.

”Buka perdagangan seluas-luasnya. Dengan bebasnya aliran perdagangan dibarengi oleh spesialisasi masing-masing orang, maka akan terjadi kemakmuran suatu bangsa”.

Kelemahan premis diatas jelas adalah Adam Smith tidak berbicara tentang produksi ”virtual” atau budaya yang sesungguhnya merupakan salah satu sumber terdahsyat yang bisa mengubah asumsi manusia, individu-individu akan kebutuhan hidupnya. Misalnya, adalah para pembuat batik atau wayang kulit yang diuntungkan ketika era perdagangan belum dibuka pada sebuah negara. Kultur dan budaya masyarakat lokal memberi tempat dan posisi secara ekonomis dan memadai pada pelaku-pelaku produksi tersebut. Namun ketika era keterbukaan perdagangan yang dibarengi dominasi media massa akibat kepincangan teknologi, secara perlahan-lahan produksi tersebut mati seiring konsumen yang tidak lagi menginginkannya, terkooptasi oleh media dan cenderung ingin mengkonsumsi barang yang lebih popular dan trend seperti yang ada dimedia-media massa. Ini juga berlaku pada industri makanan yang beralih pada makanan instan-cepat saji maupun kaleng.

Dalam hal tersebut Adam Smith jelas tidak menyoroti secara mendalam masalah kekuatan kooptasi psikologis media massa terhadap tingkat keinginan-kepuasan konsumen.

3. Adam Smith tidak mencermati bagaimana keunggulan modal yang signifikan (akibat keunggulan teknologi lagi) bisa menjadikan individu yang tidak begitu memiliki spesialisasi/keunggulan komparatif masih bisa mendapat keuntungan yang cukup signifikan, misal hanya dengan meletakannya dalam sebuah Bank tanpa harus berproduksi atau bersaing. Terlebih yang memiliki keunggulan komparatif, semakin tidak terjangkau oleh persaingan dengan investasi-investasi pada bursa saham atau nilai tukar mata uang juga tidak berproduksi (dalam negerinya). Hal tersebut secara tidaklangsung mempengaruhi keunggulan komparatif/spesialisasi individu yang berada ditingkat bawah menjadi tidak bisa berkembang atau bahkan sama sekali tidak mendapat kesempatan (misalnya anak jalanan) pada bangsa yang perbedaan tingkat kelas masyarakatnya tajam dan tidak merata ketika menggunakan hukum ekonomi global. Secara keseluruhan ini tidak menunjang keunggulan komparatif agregat bangsa tersebut.

4. Adam Smith tidak memperhitungkan teknologi yang menciptakan tenaga kerja tidak bergaji, namun memiliki keunggulan komparatif yang sangat tinggi, yang secara keseluruhan menjadi keuntungan komparatif satu atau beberapa orang individu saja. Adam Smith masih jauh untuk bisa memperhitungkan bahwa mesin-mesin akan mulai bisa mengerjakan sebagian besar pekerjaan manusia. Dalam hal ini unsur kesejahteraan dalam teori ”Wealth of Nations” justru menjadi rancu, sebab memang tidak menciptakan ”kemakmuran” dalam arti yang sebenar-benarnya yaitu keunggulan komparatif individu-individu akan membawa keuntungan agregat sebuah bangsa. Yang terjadi justru sebaliknya unsur dominasi/monopoli, dalam senuah bangsa (jika diterapkan secara internal) atau dominasi sebuah bangsa lainnya (secara global). Unsur teknologi yang menciptkan ”pekerja-pekerja yang tidak bergaji” tersebutlah yang pada akhirnya justru mematikan sebagian keunggulan-keunggulan komparatif individu-individu untuk dapat berkembang atau bahkan tersingkir. Dalam jangka panjang, gambarannya adalah bentuk sebuah piramida yang digerakan oleh sebagian kecil orang untuk bisa mengontrol sebagian besar proses produksi yang dibutuhkan sebagian besar umat manusia

Kesimpulannya:

Perlu sebuah teori ekonomi baru yang bersifat perubahan secara mendasar pada era globalisasi ini, untuk mengembalikan ”jiwa” Wealth of Nations, yaitu kemakmuran bagi bangsa-bangsa akibat keunggulan kompaartif dari tiap-tiap individunya melalui persaingan. Karena setelah Adam Smith, sebagian besar teori-teori ekonomi pendukung kebebasan persaingan lebih bersifat penyempurnaan dengan menciptakan alat-lat bantu atau ornamen-ornamen penyempurna, penyelaras, penyeimbang, pemaksimalan output atau efisiensi atas produksi dan konsumsi.

Jadi yang harus diciptakan atau diperbaiki oleh teori ekonomi bukanlah lagi mengenai efisiensi, penyeimbangan atau pemaksimalan tingkat produksi-konsumsi bagi manusia, hal itu sepertinya sudah tercapai akibat persaingan. Tingkat pemenuhan produksi sekarang rasanya sudah bisa dikatakan cukup atau bahkan melimpah untuk setidaknya mencapai titik kemakmuran yang bisa dikatakan ideal bagi seluruh umat manusia.

Masalahnya adalah ada pada distribusi. Bagaimana menciptakan distribusi kemakmuran tanpa mematikan kebebasan persaingan, hal itu merupakan tantangan terbesar yang harus dipecahkan dalam sebuah teori ekonomi baru.

Sementara kekurangan kapitalisme adalah belum adanya ” pengatur” ideal distribusi atas output yang dihasilkan oleh persaingan. Yang pasti ”pengatur” ini adalah sebuah teori ekonomi, bukan politik atau kekuasaan. Singkatnya ”bagaimana menciptakan masyarakat dengan tingkatan-tingkatan perbedaan atas keunggulan komparatif dari tiap-tiap individu melalui kebebasan persaingan, tanpa menciptakan jurang didalamnya”. Dalam sebuah tatanan dunia global sepetutnyalah ketimpangan yang mendalam tidak terjadi diseluruh dunia. Demi keamanan, ketentraman dan kelanggengan peradaban manusia serta kelangsungan kebebasan persaingan itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Skousen, Mark. 2005. Sang Maestro ”Teori-teori Ekonomi Modern”:Sejarah Pemikiran Ekonomi. Jakarta: Prenada.

Djoyohadikusumo, Sumitro. 1991. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Pressman, Steven. 2000. Lima Puluh Pemikir Ekonomi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Boediono, Dr. 1982. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta: Fakultas Universitas Gadjah Mada.

Kusnendi, Drs., M.Si. 2002. Teori Makro Ekonomi I (Model Fluktuasi Ekonomi Jangka Pendek). Bandung: Jurusan Pendidikan Ekonomi Universitas Pendidikan Indonesia.

Sumber Artikel: http://id.wikipedia.org/wiki/Adam_Smith

http://insidewinme.blogspot.com/2007/11/sejarah-pemikiran-ekonomi-adam-smith.html

http://massofa.wordpress.com/2008/02/04/perkembangan-pemikiran-ekonomi-dan-kontroversi/

http://yohanli.wordpress.com/2007/11/02/sejarah-teori-ekonomi-klasik/

http://www.googlebottle.com/tokoh-dunia/adam-smith-bapak-ekonomi-dunia.html

No comments:

Post a Comment